Keberhasilan pendidikan bukan tolok ukur kecerdasan otak dengan meraih prestasi di berbagai lomba akademik. Kita merasa prihatin jika pendidikan itu hanya diukur dengan kecerdasan dan berhasil saat meraih perlombaan akademik. Pendidikan bukan hanya teruji kemampuan kecerdasan otak saja dengan meraih perlombaan bergengsi, seperti oliampiade sains matematika atau kimia tingkat nasional maupun internasional. Namun pendidikan harus dibangun keseimbangan tiga komponan, yakni kognitif (kecerdasan), afektif (sikap) dan psiomotorik (keterampilan). Ketiga komponan itu, tentu saling terkait antara yang satu dengan yang lainya. Kalau otaknya cerdas, tetapi mereka memiliki sikap bermalas-malas bagaimana orang-orang pintar itu ke depan.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus membangun pendidikan dengan keseimbangan tiga komponan tersebut. Sebab, pendidikan adalah proses pembentukan karaktek manusia baik berpikir, sikap maupun keterampilan. Jika tiga komponan pendidikan dasar itu diterapkan maka akan melahirkan siswa-siswa yang cerdas, bermoral juga memiliki sikap yang baik.
Selama ini target pencapaian keberhasilan pendidikan hanya diukur dengan kecerdasan otak dan kelulusan ujian nasional. Padahal, pendidikan itu harus memenuhi tiga komponan dasar yakni kognitif, afektif dan psiomotorik. Karena itu, hendaknya kita mengembangkan ketiga komponan dasar pendidikan itu, selain pintar juga memiliki sikap dan ketrampilan. Kita akan merasa bangga jika siswa bertemu dengan guru selalu cium tangan. Itu proses pendidikan afektif anak.
Keberhasilan Pendidikan Dinilai Bukan Tolok Ukur Kecerdasan
Selasa, 06 Maret 2012
SMP Muhammadiyah 2 Godean membentuk generasi bangsa...
Berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, dan memiliki ketrampilan serta berprestasi.
Berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, dan memiliki ketrampilan serta berprestasi.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar